
BAB
I PENDAHULUAN
Sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda kemudian jaman
penjajahan Jepang sampai dengan diproklamirkan Kemerdekaan Negara Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945, penuh dengan semangat Nasionalisme dan
Patriotisme yang tinggi oleh para pejuang pendahulu kita. Terbentuknya TNI
sebagai pengawal bangsa dan Negara Indonesia ditandai dengan pengorbanan
segenap bangsa dan rakyat Indonesia. Harta benda, darah bahkan nyawa
diikhlaskan demi tetap tegaknya Proklamasi 17 Agustus 1945. Sejarah telah
membuktikan peranan dan kedudukan TNI dalam revolusi bangsa Indonesia, sehingga
sampai dengan sekarang bangsa Indonesia dapat menikmati hasil-hasil perjuangan
para pahlawan kusuma bangsa.
Sebagaimana
sejarah berdirinya TNI khususnya TNI AD, sejarah terbentuknya Kodam V/Brawijaya
yang merupakan salah satu kesatuan TNI AD yang dilahirkan dan dibesarkan oleh
dan dalam perjuangan bangsa Indonesia pada saat menegakkan, mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan, setahap demi setahap melalui aneka peristiwa yang dialami
akhirnya dapat melengkapi unsur
pelaksana sebagai pendukung kegiatan operasional Kodam. Salah satu badan
pelaksana pendukung kegiatan operasional Kodam dalam bidang penyediaan dan
penyelenggaraan informasi geografi adalah Topografi Kodam V/Brawijaya.
Sebagai
salah satu satuan teknis di TNI AD, sejarah terbentuknya Topografi Kodam
V/Brawijaya sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu sejak pemerintahan Hindia Belanda di
bawah Gouverneur General Daendels, dimana saat itu sudah ada keinginan untuk
mengetahui lebih banyak tentang pedalaman Pulau Jawa melalui peta-peta yang
dibuat. Diawali dengan membentuk organisai Biro Zeni yang member tugas kepada para Perwira Zeni untuk
melaksanakan pengukuran situasi dan waterpassing dengan memakai peta-peta laut
yang terbaik sebagai dasar. Organisasi pengukuran dan pemetaan kemudian menjadi
Topografisch Dienst (Dinas Topografi) yang langsung di bawah Departement Van
Oorlog KNIL.
Pada
masa penjajahan Jepang, Topografisch Dients diambil alih dan diubah menjadi
Sokuryo Kyoku dengan tugas menyelenggarakan kegiatan pemetaan untuk keperluan
perang. Kantor Sokuryo Kyoku berhasil diambil alih dari tangan Jepang pada
tanggal 28 September 1945, yang secara de facto telah melahirkan Jawatan
Topografi.
BAB
II SEKITAR PEMBENTUKAN TOPDAM V/BRAWIJAYA
a. Latar Belakang Pembentukan Topdam
V/Brawijaya
Sejarah
terbentuknya Topografi Kodam V/Brawijaya sudah dimulai sejak jaman penjajahan
Belanda. Yaitu sejak pemerintahan Hindia Belanda di bawah Gouverneur General
Daendels, dimana saat itu sudah ada keinginan untuk mengetahui lebih banyak
tentang pedalaman Pulau Jawa melalui peta-peta yang dibuat. Diawali dengan
membentuk organisai Biro Zeni yang member
tugas kepada para Perwira Zeni untuk melaksanakan pengukuran situasi dan
waterpassing dengan memakai peta-peta laut yang terbaik sebagai dasar.
Organisasi pengukuran dan pemetaan kemudian menjadi Topografisch Dienst (Dinas
Topografi) yang langsung di bawah Departement Van Oorlog KNIL.
Pada masa penjajahan Jepang, Topografisch Dients
diambil alih dan diubah menjadi Sokuryo Kyoku dengan tugas menyelenggarakan
kegiatan pemetaan untuk keperluan
perang.
Kantor Sokuryo Kyoku berhasil diambil alih dari tangan Jepang oleh pejuang
Indonesia pada tanggal 28 September 1945, yang secara de facto telah melahirkan
Jawatan Topografi.
b. Pembentukan Topdam V/Brawijaya
Pembentukan Topdam V/Brawijaya
merupakan kelanjutan dari Topograficsh Dienst yang telah ada sejak jaman
penjajahan Belanja. Kemudian menjadi Sokuryo Kyoku pada masa penjajahan Jepang.
Dan setelah Indonesia merdeka berubah menjadi Jawatan Topografi.
Topografi
AD masa penjajahan Belanda.
Pada abad 18 pengetahuan tentang pendalaman Pulau
Jawa amat kurang, terlebih daerah luar P.Jawa. Dibawah Pemerintahan Gouverneur
General Daendels diletakkan dasar untuk pengukuran di P.Jawa, sehingga pada
tahun 1809 diangkat juru – juru ukur yang diambil sumpah untuk mengisi personel
dalam organisasi “Biro Zeni” dalam gerakan – gerakan Militer. Semua pejabat Militer
dan Sipil mendapat instruksi untuk mengadakan pengukuran dan pemetaan, terutama
kepada para Perwira Zeni diberi tugas pengukuran dan waterpassing dengan
memakai peta-peta laut yang terbaik sebagai dasar.
Selesai peperangan di
Jawa ( Perang Diponegoro tahun 1825 – 1830 ) timbul kebutuhan yang meningkat
akan informasi geografi dan topografi yang lebih lengkap dari wilayah Hindia
Belanda, yang terutama ditujukan kepada pembuatan peta pertahanan pulau Jawa.
Pada awal abad ke 19 di Eropa timbul anggapan bahwa pekerjaan – pekerjaan
triangulasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemetaan yang
dimulai pada akhir abad 19 di Indonesia. Pemerintah pada waktu merencanakan
pengukuran dan pemetaan detail, semula hanya Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor)
dan sekitarnya. Namun segera diputuskan pemetaan topografi pertama dimulai di
daerah Residen Batavia saja (tahun 1849 – 1853), agar diperoleh hasil pekerjaan
yang mempunyai manfaat umum. Hasil yang diperoleh dari
pekerjaan dan pengukuran tersebut memperjelas
manfaat serta kegunaan pemetaan Detail dengan Skala 1 : 10.000 dan kemudian diperkecil dalam
skala 1 : 50.000. Pengukuran ini dilakukan Topografisch Bureau sebagai bagian
dari Corps Genie. Setelah selesai dilakukan pemetaan di sekitar Batavia,
pemetaan di pulau Jawa diperluas sampai ke Karesidenan Cirebon.
Sejak tahun 1853 diputuskan bahwa Pemetaan Topografi
daerah Cirebon dapat dianggap sebagai dasar berdirinya “Militaire
Verkeningen” (Penyuluhan Militer).
Berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah No. 12 tanggal 25 Pebruari 1864 semua
pengukuran Topografisch yang semula dikerjakan oleh Genie diletakkan dibawah Chef Van Het Topografisch Bureau En
De Militaire Verkeningen (Kepala Biro Topografi dan Penyuluhan Militer).
Dibawah pimpinannya selain terdapat Brigade
Pengukuran, terdapat juga Photografisch Atelier dan Instrument Maker Winkel
yang telah ada. Kepala Biro Topografi yang pertama ini menghadapi
pekerjaan-pekerjaan antara lain sebagi berikut :
Menentukan cara kerja-sama dan memperbaiki dasar ilmiah
peta-peta Topografi.
Membuat peraturan-peraturan sementara yang kemudian
menjadi intruksi-intruksi kepada Kepala Brigade dan Juru Ukur.
Menentukan syarat-syarat teoritis yang harus
dipenuhi oleh para Perwira Topografi.
Melengkapi Brigade dengan alat-alat Topografi.
Dengan Surat Keputusan
Pemerintah Nomor 74 pada tanggal 16 Agustus 1873 dibentuk Staf Umum Angkatan
Darat. Dibawah Generale Staf tersebut diletakan Biro Topografi dan Penyuluhan
Militer beserta unsur-unsurnya. Kemudian ditambah dengan Lithografisch
Etablissement yang dibentuk sejak tanggal 7 April 1874 dalam Surat Keputusan
Pemerintah No.2 yang menyebutkan serta diputuskan perubahan nama Biro Topografi dan Penyuluhan
Militer menjadi Dinas Topografi (Topografisch Dienst) langsung berada dibawah
Departemen Van Oorlog (Konin – Klijk Nederlandsch Indisen Leger – KNIL) serta
mendapat persetujuan
dari Raad Van Indie. Sebagai Pengawas Umum dan Pimpinan
ditunjuk Kepala Staf Angkatan Darat menggantikan Direktur Zeni sebagai pejabat
lama.
Pada mulanya pekerjaan-pekerjaan triangulasi
dilakukan oleh Dinas Geografi Angkatan Laut. Akan tetapi Dinas ini dibubarkan
pada tanggal 1 Mei 1882 dan wewenangnya dalam pekerjaan-pekerjaan triangulasi
diserahkan kepada Dinas Topografi. Triangulasi dan pemetaan sejak saat itu
dikerjakan dibawah satu Pimpinan sehingga terdapat kerja sama yang baik, yang
tidak terdapat sebelumnya, sebab triangulasi dan pemetaan dilakukan oleh dua
Departemen yang berlainan, yaitu Angkatan Laut dan Angkatan Darat.
Dinas Topografi jaman Belanda mengalami perkembangan
dan perubahan baik tehnis maupun personel diantaranya adalah :
Dalam Periode 1888 – 1897 telah terjadi :
Pemyempurnaan tehnik Pengukuran dan Pemetaan.
Penggantian Proyeksi Bone dengan Proyeksi Polyeder.
Pendidikan Topografi bagi Bangsa Indonesia.
Didirikannya
Brigade Pendidikan sebagai dasar Pendidikan terpusat bagi pegawai
Topografi.
b)
Pada tahun 1905 pekerjaan
pengukuran untuk pajak bumi diambil oleh Dinas Topografi dari Dinas Kadaster.
Pada tahun ini terbit nomor pertama laporan tahunan Topografi (Jaarverslag van
de Topografisch Dienst).
c) Pada tahun 1906 dibentuk Permanente
Council Van de Kaarterings En Openemings Werkzaamheden yang mengawasi pekerjaan
pengukuran dan pemetaan secara terpusat.
d) Tahun 1907 Topografisch Dienst berdiri
sendiri dan merupakan IX e Afdeeling van het Departement van Oorlog, yang
berkantor pusat di Jl. Gunung Sahari 90 Batavia (Jakarta).
e)
Pada tahun 1922 dibentuk bagian
Kartografi. Dengan adanya bagian ini maka penyusunan peta-peta schets (bagan)
dan peta-peta ikhtisar berdasarkan bahan-bahan keterangan dari berbagai sumber
dapat dilakukan secara ilmiah dan sistimatis.
f) Dengan Surat Keputusan Pemerintah
tanggal 22 Juli 1930 No 43 bagian reproduksi diletakan dibawah Indische Bedryven
Wet (IBW) dengan keputusan bahwa bagian ini diperkenankan mencetak bahan-bahan
lain selain peta.
g) Tahun 1937 didirikan Brigade
Fotogrametri yang resmi dimasukkan dalam dinas Topografi. Bagian ini merupakan
bagian terakhir dari unsur-unsur Topografi yang sempat didirikan oleh
pemerintah jajahan Belanda sampai berakhirnya penjajahan Belanda tahun 1942 maka
secara menyeluruh Topografisch Dienst pada masa itu telah lengkap dan efektif.
Tetapi tidak seorang putra Indonesia-pun yang diberi kesempatan maju untuk
menduduki tempat atau jabatan yang lebih tinggi dari Mantri Ukur kepala, Mantri
Tekenaar (gambar) Klas I dan paling tinggi menduduki jabatan Klerk pada bagian
administrasi. Baru ketika Belanda diduduki Jerman, Pemerintah Hindia Belanda
dengan baik hati mendidik tenaga-tenaga Indonesia menjadi Sersan Topograff
diantaranya : Sersan Soenaryo (Kolonel Purn. Dr. Ir. Soenaryo almarhum) yang
dianugrahi Bintang Mahaputra Kelas III oleh Pemerintah Republik Indonesia pada
tahun 1978, Sersan Soetiksno dan Sersan Soeradi.
2) Topografi AD masa penjajahan Jepang.
Dalam
Perang Dunia ke II, Jepang berhasil menduduki beberapa bagian Asia Tenggara,
yang pada umumnya sebelum pecah perang merupakan jajahan Negara-negara Barat.
Tanggal 11 Januari 1942 Jepang mendarat di Kalimantan dan Sulawesi dan pada
tanggal 1 Maret 1942 melancarkan serangannya ke Jawa, tempat inti pertahanan
dan kekuatan Hindia Belanda pada masa itu dan disusul dengan menyerahnya
Pemerintah Hindia Belanda tanpa syarat kepada Bala Tentara Jepang pada tanggal
12 Januari 1942.
Secara Umum bulan Juli 1942 tentara Jepang berhasil
mengusir kekuatan sekutu (Western Power) dari daratan Asia Tenggara, Philipina
dan Indonesia. Dengan demikian kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia beralih
ketangan Tentara pendudukan Jepang.
“
Topografisch Diens KNIL “ yang kantor pusat dan perlengkapannya ada di Jakarta
pada waktu mobilisasi perang dunia ke II dipindahkan ke Bandung dan ditempatkan
digedung sekolah “ Van De Venter “ Jalan Van De Venter No 8 – 10 – 12 dan gedung ELS untuk Biro Fotogrametri di Jl.
Sumetera Bandung, sedangkan di Bandung sendiri telah ada cabang Topografi di
Jl.Bangka No 2 Bandung. Kemudian gedung serta perlengkapannya digunakan oleh
Jepang untuk keperluan Militernya diganti namanya menjadi “ Sokuryo Kyoku “
yang berarti Kantor Pengukuran.
Bagian
Triangulasi dipimpin oleh Bp Ir. Soetomo Wongsotjitro dan kegiatan bagian
Triangulasi pada waktu itu ialah :
Meneruskan
menghitung titik T (Tersier) dari daerah luar Jawa dan memasukkan
koordinat-koordinatnya dalam daftar.
Menggambar
peta-peta triangulasi.
Meneruskan
pengukuran presisi waterpass di pulau Jawa.
Mengukur
ulang titik-titik T yang dianggap tidak teliti di daerah Priangan Selatan dan
Malang Selatan.
Menghitung
tinggi panjang waterpass yang diukur dan menghitung kembali titik T yang diukur
ulang.
Kemudian
dibangunlah kembali 3 buah Brigade pembaharuan ukuran yang diberikan nama Bun
Kyoku (Cabang) dan berkedudukan di Bandung, Magelang dan Malang untuk wilayah
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada saat itu Ir.Soetomo Wongsocitro
adalah satu satunya pegawai tinggi Bangsa Indonesia yang bekerja pada “ Sokuryo
Kyoku “ dan kemudian diadakan pendidikan Topografi yang siswanya diambil dari
lulusan SMP,SD yang dididik 12 orang siswa untuk tingkat Menengah Atas dan 12
siswa untuk tingkat menengah Pertama, mengingat situasi perang dunia ke II
sedikit sekali kegiatan-kegiatan Topografi yang dapat diketahui, beberapa
pekerjaan dilakukan oleh opsir-opsir Jepang saja.
3) Masa
Republik Indonesia.
Periode
1945 – 1950
Sejak
Proklamasi Kemerdekaan maka mulailah
usaha - usaha untuk menguasai Instalasi-instalasi
Pemerintah Sipil, secara serentak atau satu demi satu dari tangan Jepang dan
secara spontan dengan hanya bermodalkan Nasionalisme dan Patriotisme. Korban
yang jatuh tidak sedikit dalam usaha menguasai dan merebut Instalasi-instalasi
ini. Tidak ketinggalan pula dalam hal ini segenap pegawai dan pemuda-pemudanya
yang bekerja dan belajar di “ Sokuryo Kyoku “ diantara 12 orang Siswa menengah
atas Topografi yang dipimpin oleh Pemuda Iswondo telah bertekad untuk
melaksanakan perebutan dan pengambil alihan Kantor “ Sokuryo Kyoku “ dari tangan Jepang.
Maka
secara de Facto lahirlah Jawatan Topografi Indonesia di bumi Parahiyangan dan
atas permintaan segenap pegawai dan para pemuda Topografi, Bapak Ir. Soetomo
Wongsotjitro memberanikan diri memimpin kantor tersebut walaupun tanpa surat
Keputusan Pemerintah. Dengan demikian beliau adalah Kepala Jawatan Topografi
yang pertama. Usaha-usaha pertama yang dijalankan oleh Kepala Jawatan Topografi
antara lain adalah :
Menentukan
kepala-kepala Bagian dengan dasar surat-surat konduite serta musyawarah dengan
tokoh-tokoh bagian.
Mencari
wadah untuk Jawatan Topografi agar para pegawai tetap mendapatkan penghasilan
pada waktunya. Setelah diadakan perundingan dengan Kepala Jawatan Kadaster,
maka untuk sementara telah disepakati bahwa Jawatan Topografi digabungkan
dengan Jawatan Kadaster bernaung di bawah Kementrian Kehakiman.
Memerintahkan
kepada para pegawai untuk mengkalkir lembaran peta-peta skala 1:50.000 agar
jika keadaan genting, dari kalkir tersebut dapat dibuat peta-peta dengan jalan
membuat “blauw druk”, sehingga dapat melayani keperluan perjuangan melawan
Belanda.
Topografisch
Dienst KNIL di daerah pendudukan Belanda.
Setelah Prokamasi
Kemerdekaan 17 – 8 – 1945 Pemerintah
Kolonial Belanda berusaha untuk kembali menjajah Indonesia dengan cara
menyusupkan orangnya yang tergabung dalam NICA (Netherlands Indies Cifil
Administration) bersama-sama tentara Inggris yang akan melucuti dan menawan
bekas Tentara Jepang. Selanjutnya kekuatan dan kekuasaan pendudukannya
diperluas, sehingga terdapat daerah-daerah Republik Indonesia dan daerah-daerah
pendudukan Belanda.
Pada
tahun 1945 – 1950 terdapat 2 jawatan Topografi ialah : Inspektorat Topografi
Republik Indonesia dan Topografisch Diens KNIL Hindia Belanda di daerah
pendudukan Belanda. Kegiatan-kegiatan Topografisch Dienst dilanjutkan dalam
rangka mendukung Pemerintah pendudukan Belanda.
Ketika kota Bandung diduduki Belanda lagi, maka
Bandung dibagi menjadi 2 bagian. Bagian utara dikuasai Belanda dan bagian
selatan dikuasai Republik dengan jalan kereta api menjadi batas kedua bagian
tersebut. Kemanan yang tidak terjamin mengakibatkan Jawatan Topografi tidak
dapat menyingkir secara teratur, sehingga sebagian besar alat-alat topografi
kepunyaan dinas terpaksa ditinggalkan. Pimpinan serta pegawai kantor Topografi
mengungsi ke Cicalengka, Tasikmalaya dan Imbanegara (Ciamis). Atas anjuran
Kepala Topografi
Malang,
disarankan untuk memindahkan Kantor Pusat Topografi ke Malang, mengingat cabang
Malang masih lengkap alat-peralatannya dan aman dari serangan musuh.
Dengan
penetapan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 26 April 1946 Nomor – 8 / SD,
Jawatan Topografi dipindahkan dari lingkungan Departemen Kehakiman kedalam
lingkungan Departemen Pertahanan, terhitung mulai tanggal 1 Mei 1946 dengan
sebutan Inspektorat Topografi dengan Ir. Soetomo Wongsotjitro sebagai Inspektur
Inspektorat dengan diberi pangkat Mayor AD. Disebabkan oleh keadaan dan juga
karena kurangnya alat-alat topografi dan alat-alat lainnya, maka dinas
Topografi tidak dapat mengadakan pemetaan-pemetaan, yang dilaksanakan ialah
membuat gambar-gambar calquer dan blauw-druk dari peta-peta yang telah ada dan
yang masih terdapat dalam arsip. Kegiatan yang dilakukan oleh Inspektorat
bersama cabang Jawa Tengah dan Jawa Timur ini bertujuan untuk membantu para
pejuang kemerdekaan akan keperluan peta.
Atas
permintaan sendiri, Ir. Soetomo Wongsotjitro meletakkan jabatannya sebagai
Kepala Inspektorat Topografi yang pertama pada bulan Mei 1947, dan menyerahkan
tugas dan jabatan serta wewenang dan tanggung jawabnya kepada Mayor R.M.S Soerjosoemarno yang diangkat
sebagai Kepala Inspektorat Topografi. Dengan alasan keamanan karena agresi
Belanda ke I, jawatan ini dipindahkan dari Malang ke Surakarta dan Cabang Jawa
Timur dipindahkan ke Kediri dengan sebuah seksi di Turen, Malang Selatan. Di
Surakarta ini dimulai dengan pemindahan pendidikan bagi pegawai-pegawai tehnik
menengah yang dipusatkan di Sarangan, Madiun. Tokoh-tokoh pendidikan seperti
Bapak Abdul Rachman, Ing J.J.A Weinkopf, Bapak Tulus, Bapak Surip dan Bapak
Sapar tidak dapat diabaikan perannya dalam pendidikan dan ikut menentukan
perkembangan topografi selanjutnya.
Periode 1950 – 1960
Pada tahun 1950 setelah selesai dari medan
gerilya perlawanan bersenjata melawan penjajahan, Kantor Pusat Topografi
dipindahkan ke Yogyakarta. Sesuai hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB)
antara wakil-wakil Republik Indonesia dan Belanda di Den
Haag
pada akhir tahun 1949, ibukota dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Demikian
juga Kantor Pusat Topografi ikut pindah pula ke Jakarta pada permulaan tahun
1950 di jalan Kebon Sirih Jakarta.
Pada tanggal 1
Juni 1950 kedua
Badan Topografi yaitu
Inspektorat Topografi Republik Indonesia dan Topografisch Dienst KNIL
bergabung menjadi Jawatan Topografi
Republik Indonesia Serikat, setelah terlebih dahului menyerahkan Top Dienst
KNIL kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat selanjutnya Instansi ini
menjadi Jawatan Topografi Angkatan Darat (Jantop).
Dalam
rangka serah terima Instansi-instansi dari Kepala Topografisch Dienst KNIL di
Jakarta kepada Kepala Inspektorat Topografi, Mayor R.M.S Sorjosoemarno
berangkat ke Jakarta. Topografi di Yogyakarta untuk sementara diserahkan kepada
Kapten Abdulrachman yang juga ditugaskan untuk membentuk Detasemen Pengukuran
Terrestris. Karena Kapten Abdulrachman harus mengadakan penerimaan Terretrisch
Opnemings Bureau di Bandung, ditunjuk Letnan II R. Soekardjo sebagai
penggantinya dengan tugas menyelesaikan pembentukan Detasemen Pengukuran
Terrestris Jawa Tengah di Yogyakarta.
Bulan
Mei dan Juni 1950 adalah bulan-bulan bersejarah dalam perkembangan
ketopografian. Sejak pengakuan kedaulatan secara fisik maka hampir serempak
unsur-unsur topografi diserahkan dari Topgrafisch Dienst KNIL kepada Jawatan
Topografi, yaitu :
Geodetisch
Instituut diserahkan pada tanggal 31 Mei 1950 di Bandung.
Fotogrametrisch
Brigade diserahkan pada tanggal 31 Mei 1950 di Jakarta.
Terrestrisch
Opnemings Bureau diserahkan tanggal 31 Mei 1950 di Bandung.
Geografisch
Instituut diserahkan tanggal 30 Mei di Jakarta.
Reproducti Bedrijf van de Top Dienst diserahkan
tanggal 1 Juni 1950 di Jakarta.
Selain
unsur – unsur Topografi di Jakarta, juga dilaksanakan penyerahan Kantor-kantor
Topografi di daerah dari Top Dienst KNIL sesuai dengan perintah Kepala Jawatan
Topografi, maka Perwira-perwira Angkatan Darat Republik Indonesia Serikat yang
mewakili Jawatan Topografi untuk menerima penyerahan dari Kepala Bagian Top
Dienst KNIL antara lain : LETNAN II
P.Wijatno Martodimejo menerima penyerahan Landrente Detachement Van Oost Jawa
di Malang. Pada tanggal 11 Juli 1950 kekuatan personel Jawatan Topografi masih
ditambah dengan sisa pegawai EX Brigade Jawa Timur di Kediri dan Ex Seksi di Turen (Malang Selatan), dari
Inspektorat Topografi Republik Indonesia di Surakarta yang pada saat perang
kemerdekaan II meneruskan perjuangan perlawanan bersenjata dengan menggabungkan
diri kepada Brigade IV antara lain Kesatuan dari Tentara Nasional Indonesia
Devisi I Jawa Timur.
Dibidang
Organisasi pada bulan Nopember 1950 struktur organisasi dan prosedur Topografi
yang lama diganti dengan yang baru.
BAB
III PERKEMBANGAN
TOPDAM V/BRAWIJAYA
a. Perkembangan Topdam V/Brawijaya dari
Masa ke Masa
Kantor
“ Sokuryo Kyoku “ berhasil diambil alih
dari tangan jepang
pada tanggal 28 September 1945, maka secara De Fakto
lahirlah jawatan Topografi yang untuk sementara bernaung dibawah Kementrian
Kehakiman, karena pada waktu itu belum ada Kementrian Pertahanan. Sehingga
tanggal 28 September 1945 ditetapkan sebagai hari jadi Topografi sesuai dengan
Skep Pangad Nomor : Kep-1471/II/1967 tanggal 27 Nopember 1967.
Dan
pada tahun 1946 setelah dibentuk Kementrian Pertahanan dalam kabinet Republik
Indonesia, maka dengan penetapan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 8/SD
tanggal
26 April 1946 Jawatan Topografi diserahkan dari Kementrian Kehakiman ke
Kementrian Pertahanan TMT 1 Mei 1946. Hal ini juga membawa pengaruh
terhadap perubahan Topografi TNI AD.
Selanjutnya hari jadi Topografi
berubah menjadi tanggal 26 April sesuai
dengan Surat Keputusan Kasad No.Skep/691/VII/1986 tanggal 30 Juli 1986.
Berdasarkan
Skep Menteri Pertahanan No. D/MP/355/51/
tanggal 15 September 1951 Topografi merupakan salah satu Jawatan Tehnis AD
(Jantop).
Berdasarkan
ketetapan Men Pangad No. Tap 10 – 160
tanggal 20 April 1960 Jawatan Topografi dirubah menjadi Direktorat Topografi
Angkatan Darat (Dittopad) yang merupakan Badan Pelaksana Utama Tingkat
Departemen Angkatan Darat (Depad).
Berdasarkan
Surat Ketetapan Pangad No. Tap 0-5 tanggal 5 Agustus 1958 Organisasi Topografi
berubah dari Jawatan Topografi menjadi Direktorat Topografi. Pada Revisi I Tap
0-5 tahun 1961 Dittop dirubah merupakan Instalansi Pusat TNI AD s/d 1963 dengan
nama Instansi Pusat Peta Militer.
Berdasarkan
Surat Keputusan Pangad No.Kep/1434/II/1967 tanggal 25 – 11- 1967 ditetapkan
Organisasi dan Tugas Dittopad dan Topografi tingkat Koanda dan tingkat Kodam antara lain : Topdam
VIII/Brawijaya (Skep Pangdam VII/Brw, No. Kep 77/1967 tanggal 31 – 8 –
1967).
Berdasarkan
Surat Keputusan Kasad No.Kep 186/3/1971 tanggal 23-3-1971 Dittopad dirubah
menjadi Jawatan Topografi Angkatan Darat ( JANTOPAD ) yang merupakan Badan
Pelaksana Pusat tingkat MABESAD.
Berdasarkan
Surat Keputusan Kasad No : Skep/23/V/1985 tanggal 21 – 5 – 1985 Jantopad
dirubah menjadi Direktorat Topografi (DITTOP) sampai sekarang. Dengan perubahan
tersebut maka Jawatan Topografi Kodam (Jantopadam) dirubah menjadi Topdam.
Berdasarkan
Surat Keputusan Kasad No : Skep/62/ IX/ 1985 tanggal 18 September 1985
dibentuklah Struktur Organisasi Topdam V/Brawijaya dengan DSPP yang ada hingga tahun
2006.
SAYA PERNAH MENEMUKAN PILAR DENGAN KODE T.237, TOPDAMV/BRW,,
BalasHapussaya temukan di desa pundong kecamatan diwek,, di tepi jalan antara diwek menuju desa jati pelem
iya pak itu termasuk salah satu titik triangulasi kelas tersier yang tersebat di jawa timur...
BalasHapuspak apakah saya dapat memperoeh peta dengan proyeksi LCO yang biasa di gunakan oleh TNI-AD dalam latihan Navigasi darat?
BalasHapusmaksut dan tujuan saya adalah untuk pembelajaran dan keperluan pencarian jika nanti ada pendaki yang hilang
Sheet 54/XLII-A Gunung arjuno
bisa....hubungi kantor Topografi terdekat...
Hapus